1.
Pengertian Konsep Diri
Konsep diri dapat
didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang
terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat
apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan
kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Orang dengan konsep
diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan,
namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah
menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan,
entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang
lain.
Sebaliknya seseorang
dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri
dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan
yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih
menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan.
Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat
hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan
datang.
2.
Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk
melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga
dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.
Sikap atau respon orang
tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa
dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam
pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang kurang mendukung,
cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang
tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan,
melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka
marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau
pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami
dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan
positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep
diri yang positif.
Konsep diri ini
mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek
yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah
sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya
pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia
mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena
dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
3.
Faktor yang
Mempengaruhi Konsep Diri
Berbagai
faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti :
a. Pola asuh orang tua
Pola asuh
orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor signifikan dalam
mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap
positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran
yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan
mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak
cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu
akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
b. Kegagalan
Kegagalan yang terus
menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan
berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan
diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
c. Depresi
Orang yang sedang
mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam
memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala
situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya,
tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya “miskin” maka
saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya
mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi
super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang.
d. Kritik internal
Terkadang, mengkritik
diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang
telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi
regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita
diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
4.
Merubah Konsep Diri
Seringkali diri kita
sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang
tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun,
dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah
yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep
diri yang positif :
a. Bersikap obyektif dalam mengenali diri
sendiri
Jangan abaikan
pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai.
Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk
mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan
semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to
all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in
every way....
b.
Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain
yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa
menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri
sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri,
bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada
dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang
lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita?
c. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan
paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap
menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada
permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati
(real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang
dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.
d. Berpikir positif dan rasional
Semua itu banyak
tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun
terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.
0 komentar:
Have any question? Feel Free To Post Below: