
Konseling Pra-Nikah
Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan
pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk
mengatasi ketidakcocokan. Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi
sesungguhnya pernikahanlah yang benar-benar aktual. Ketidakjelasan
antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual (apa adanya) memang
tak pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat
menempuh pernikahan yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada
pasangan (sebelum menikah) bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan
perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia.
Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting
sebelum mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa
jadi menggagalkan rencana pernikahannya, keterbatasan pengetahuan dan
rasa canggung yang ada. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut sebelum
menikah jelas lebih baik daripada harus mengalami stres setelah manikah.
Tiap pasangan biasanya mempunyai banyak alasan untuk menikah, tapi
konflik satu hal saja dapat mengarahkan mereka untuk bercerai.
Banyak pasangan yang tidak siap menikah dan mereka tidak diberi
kesempatan belajar mengenai hal-hal yang bisa melanggengkan hubungan
rumah tangga mereka, bahkan mereka juga tidak mengetahui kriteria
pasangan yang tepat untuk mereka. Pernikahan bukan sekedar perencanaan
atau seperti gambaran pengantin ideal di televisi dan di film-film.
Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada
orang yang sempruna; setiap orang pasti mempunyai kesalahan dan
kelemahan. indahnya pernikahan justru kala menemukan suami atau istri
yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra membangun
hidup, dan pelipur meskipun dia mempunya kelemahan.
Menjadi suami atau istri yang baik bukanlah hal yang mudah, menjaga
keseimbangan antara deskripsi masing-masing. Karena menjaga kebahagiaan
rumah tangga itu sangat rumit, tiap pasangan suami-istri haruslah
mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan itu dan memahami realitas
tersebut sebelum menikah. Hal ini yang membuat proses konseling
pra-nikah menjadi sangat penting.
Calon pengantin dianjurkan mencari seorang perantara sebagai
pembimbing yang dapat menjelaskan realitas pernikahan kepada keduanya.
Si perantara sebaaiknya telah dikenal baik oleh kedua belah pihak dan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia pernikahan, karena ia juga
bisa menjadi penengah kala timbul masalah setelah menikah kelak.
Memperhatikan saran orang lain sebelum dan sesudah menikah sangatlah
membantu. Tiap pasangan haruslah menyadari bahwa salah satu solusi untuk
mempersiapkan calon pengantin adalah konseling pra-nikah.

Konseling Pra-Nikah
Sayangnya, konseling seperti ini cenderung ditolak karena dianggap
melanggar tabu. Padahal, konseling pra-nikah dimaksudkan untuk membantu
pasangan calon pengantin untuk menganalisis kemungkinan masalah dan
tantangan yang akan muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali
mereka kecakapan untuk memecahkan masalah. Sayangnya lagi, tidak
tersedianya bahan bacaan yang memadai untuk bisa menyelenggarakan
pelayanan seperti ini. Beberapa bahan bacaan tentang pernikahan yang
sudah ada pun tidak memberikan gambaran yang komprehensif tentang
tantangan yang dihadapi pasangan suami-istri. Prosesi konseling
pra-nikah diharapkan dapat memberi panduan dan jangan sapai hanya
menjadi ritual semata pada akhirnya.
Konseling pra-nikah sangatlah penting sebagai wahana membimbing dua
orang yang berbeda untuk saling berkomunikasi, belajar menyelesaikan
masalah dan mengelola konflik. Keterampilan ini jelas-jelas sangat
penting dalam perjalanan kehidupan rumah tangga mereka. Pasangan muda
sangat membutuhkan konseling terutama untuk memperjelas harapan-harapan
mereka pada pernikahannya dan memperkuat hubungan sebelum menikah.
Konseling pra-nikah akan membantu mereka melihat pernikahan dan rumah
tangga secara realistis, mendorong mereka mempertanyakan ulang apa yang
sebetulnya mereka sebut pernikahan dan membantu mereka menemukan
persamaan yang mungkin menjadi sebab mereka hidup bersama. Konselor
(penasihat) bukanlah orang yang akan menyelesaikan semua masalah yang
mereka hadapi. Ia hanya orang ketiga yang menjadi perantara dan
menyodorkan cara-pandang lain dalam mengeksplorasi hubungan mereka.
Sumber: http://mudahmenikah.wordpress.com
Tags:
PSIKOLOGI
0 komentar: